Dari sebuah penelitian, diketahui bahwa ekstrak lumut ini memiliki
kandungan isoflavonoid, bioflavonoid, dan flavonoid. Beberapa jenis lumut hati juga mengandung
triterpenoid dan steroid. Fungsi dari senyawa aktif pada lumut ini antara lain:
1. Flavonoid
Adalah termasuk pada golongan senyawa kimia fenolik, aromatis
siklis. Golongan terbesar senyawa fenolik pada tumbuhan adalah flavonoid itu
sendiri. Secara umum, senyawa fenol adalah racun bagi mikroorganisme. Pada
tumbuhan, senyawa ini berfungsi sebagai regulasi pertumbuhan dan fotosintesis,
juga berfungsi untuk mengatur aktivitas antivirus, antimikroba dan
antiserangga.
Dalam biokimia, fungsi flavonoid adalah sebagai antioksidan alami,
penghambat enzim dan prekursor bagi senyawa/komponen toksik. Kandungan terbesar
dalam flavonoid adalah isoflavon. Efek antimikroba yang terbesar ketika senyawa
memiliki kandungan isoflavon paling banyak.
2. Terpenoid
Kadang tumbuhan memiliki kandungan minyak atsiri. Minyak atsiri
ini terdiri atas senyawa dominan yakni terpenoid. Terpenoid dalam tumbuhan
dapat digolongkan berdasarkan atas jumlah atom karbon pada konformasinya. Yang
paling rendah adalah Isoprena, Monoterpenoid hingga Poliisopren.
Fungsi dari senyawa ini adalah antibakteri, antijamur, antivirus,
dan dapat digunakan dalam pengobatan dan terapi. Triterpenoid adalah senyawa
yang mendominasi senyawa terpenoid dengan jumlah rantai 3 kali rantai
terpenoid, yang memiliki aktivitas antimikroba yang terbaik.
3. Steroid
Steroid merupakan derivatif (senyawa turunan) dari senyawa
terpenoid. Senyawa ini berasal dari penggabungan senyawa triterpenoid dengan
sikloartenol. Fungsi senyawa steroid adalah bahan baku untuk pembuatan obat.
Secara umum, senyawa kimia yang terkandung pada lumut jenis ini
memiliki aktivitas antimikroba, antibakteri, dan antivirus sehingga banyak
penelitian mengenainya sebagai antimikroba. Biasanya penelitian menggunakan
sampel bakteri dan mikroorganisme dengan metode cakram pada sebuah preparat
uji. Ekstrak dari obyek yang diteliti diambil kemudian diujikan pada
mikroorganisme yang menjadi sasaran
Antimikroba harus memiliki syarat tidak beracun bagi pangan, tidak
berasa, dan tidak mengubah cita rasa serta memiliki kemampuan membunuh
dibanding menghambat pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu perlu dilakukan
sebuah penelitian dan kajian yang baik untuk mengetahui kemampuan antimikroba
suatu obyek.
Diyakini antimikroba memiliki mekanisme yang hanya bersangkutan
pada suatu mikroorganisme sehingga tidak mengganggu metabolisme manusia.
Mekanisme ini berkaitan erat dengan sintesis dinding sel mikroorganisme,
membran sel, replikasi DNA, dan metabolit sekunder dari suatu mikroorganisme.
Telah dijelaskan di atas, bahwa kandungan lumut jenis ini yang
berupa flavonoid berfungsi menghambat enzim. Enzim ini berfungsi dalam sintesis
dinding sel pada suatu mikroorganisme.
Apabila dinding sel gagal disintesis, maka membran sel pun juga
tidak mungkin tersintesis yang mengakibatkan kekacauan pada struktur
mikroorganisme. Metabolisme pun terhenti pada mikroorganisme, yang menyebabkan
kematian sehingga secara tidak langsung.
Fungsi antimikroba adalah mengganggu dan merusak metabolisme suatu
mikroorganisme. Ada banyak jenis penggangguan metabolisme ini, baik oleh
perusakan membran sitoplasma oleh senyawa fenolik dan mendenaturasikan protein
juga penghambatan enzim oleh senyawa terpenoid pada minyak atsiri. Kedua jalan
tersebut sama-sama kuat, sehingga efek antimikroba berjalan dengan baik.
Manfaat Lumut Hati
Kandungan kimia yang cukup banyak dan berfungsi sebagai
aktivitasnya dalam menghambat enzim mikroorganisme menjadikan lumut hati
bermanfaat sebagai obat. Beberapa jenis dari lumut ini telah diujicobakan dan
mendapatkan hasil yang baik sebagai antimikroba dan antivirus. Berikut contoh
jenis lumut ini dan manfaatnya sebagai obat.
- Marchantia
polymorpha, berfungsi sebagai obat penyakit hati yaitu hepatitis C.
Antivirus pada tumbuhan ini berguna dalam menangkal pertumbuhan virus pada
hati. Selain itu, tumbuhan ini juga bermanfaat untuk menghilangkan racun
gigitan ular pada tindakan pertama.
- Frullania
tamarisci bermanfaat
sebagai obat antiseptik. Sepertinya golongan senyawa flavonoid lebih
mendominasi pada tumbuhan ini.
- Marchantia
paleacea memiliki
kegunaan sebagai antimikroba
- Conocephalum
conicum bermanfaat
sebagai antibakteri dan antijamur serta untuk mengurangi dan mengobati
luka bakar.
Manfaat lumut hati secara umum adalah pada kinerjanya sebagai
antimikroba, antivirus, antibakteri, dan antijamur. Hepatitis termasuk penyakit
yang disebabkan oleh virus. Maka tumbuhan ini dapat dimanfaatkan untuk
mengobati penyakit hepatitis C.
mengapa senyawa flavonoid yang terdapat dalam lumut hati bersifat racun bagi organisme?
BalasHapusPada postingan anda dikatakan bahwa;
BalasHapusFlavonoid Adalah termasuk pada golongan senyawa kimia fenolik, aromatis siklis. Golongan terbesar senyawa fenolik pada tumbuhan adalah flavonoid itu sendiri. Secara umum, senyawa fenol adalah racun bagi mikroorganisme.
Dalam bahan postingan anda juga disebutkan seperti yang saya kutip berikut ini yang kiranya bisa menjawab pertanyaan dari masalah anda sendiri.
“Telah dijelaskan di atas, bahwa kandungan lumut jenis ini yang berupa flavonoid berfungsi menghambat enzim. Enzim ini berfungsi dalam sintesis dinding sel pada suatu mikroorganisme. Apabila dinding sel gagal disintesis, maka membran sel pun juga tidak mungkin tersintesis yang mengakibatkan kekacauan pada struktur mikroorganisme. Metabolisme pun terhenti pada mikroorganisme, yang menyebabkan kematian sehingga secara tidak langsung. Fungsi antimikroba adalah mengganggu dan merusak metabolisme suatu mikroorganisme. Ada banyak jenis penggangguan metabolisme ini, baik oleh perusakan membran sitoplasma oleh senyawa fenolik dan mendenaturasikan protein”.
http://www.anneahira.com/lumut-hati.htm
Sekedar bahan penambahan perlu diketahui bahwa, fenol juga merupakan bahan organik yang mempunyai sifat larut dalam air. Bahan ini dalam air dapat menyebabkan iritasi yang kuat, racun terhadap kulit dan dapat menyebabkan gangguan terhadap tenggorokan. Toleransi pengolahan untuk air limbah industri adalah 500 mg/l, bila melebihi akan sulit untuk diuraikan secara biologis. Toleransi maksimum untuk air limbah adalah 2 mg/l (Metcalf & Eddy,2004).
Industri jamu merupakan salah satu industri yang banyak menghasilkan limbah cair. Limbah cair industri jamu mengandung bahan organik dan bahan berbahaya seperti fenol dan turunannya yang berasal dari bahan baku tanaman obat yang dipakai. Kehadiran fenol dan turunannya pada badan air memiliki efek serius terhadap kehidupan mikroorganisme meskipun pada konsentrasi yang relative rendah(Kibret et al, 2000; Chung et al, 2003; Kumar et al, 2005).
http://eprints.undip.ac.id/11892/1/Bab_1-5_skripsi_nurita-sukma.pdf
jadi, kesimpulan saya menanggapi masalah anda adalah, flavonoid yang merupakan senyawa kimia fenolik bersifat racun bagi microorganisme dikarenakan senyawa flavonoid ini memiliki kemampuan dalam menghambat kerja enzim yang ada pada microorganisme. Sementara enzim ini berfungsi dalam sintesis dinding sel microorganisme tersebut. Apabila dinding sel gagal disintesis, maka membran sel pun juga tidak mungkin tersintesis yang mengakibatkan kekacauan pada struktur mikroorganisme. Metabolisme pun terhenti pada mikroorganisme, yang secara tidak langsung menyebabkan kematian pada microorganisme itu sendiri.
Dalam artikel ini dikatakan ada jenis lumut hati yang dapat mengobati penyakit hepatitis C.
Hapuspada proses pengolahan lumut hati menjadi bisa dimanfaatkan sebagai obat untuk penyakit ini, apakah dalam proses pengolaannya tidak merusak flavonoid yang dikandung dalam lumut itu?
apabila tidak, berarti secara tidak langsung seorang penderita penyakit ini mengkonsumsi obat yang mengandung flavonoid. Berarti enzim seseorang yang menderta penyakit ini lama-kelamaan akan rusak atau tidak?
balassss.....