Senin, 24 Desember 2012

UJIAN AKHIR SEMESTER


UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH       : KIMIA BAHAN ALAM
SKS                            : 2
DOSEN                      : Dr. Syamsurizal, M.Si
WAKTU                     : 22-29 Desember 2012

PETUNJUK : Ujian ini open book. Tapi tidak diizinkan mencontek, bilamana ditemukan, maka anda dinyatakan GAGAL. Jawaban anda diposting di bolg masing-masing.

1. Jelaskan dalam jalur biosintesis triterpenoid, identifikasilah faktor-faktor penting yang sangat menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang banyak.
Jawab :
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan struktur yang besar dalam produk alami yang diturunkan dan unit isoprene (C5)yang bergandengan dalam model kepala ke ekor, sedangkan unit isoprene diturunkan dari metabolism asam asetat oleh jalur asam mevalonat (MVA).
Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1.      Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2.      Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3.      Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat.
Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat, reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan  isopentenil (IPP) yang selanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzim isomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isoprene untuk menghasilkan terpenoid.
Berdasarkan perjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penting yang menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang banyak adalah penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 sehingga menghasilkan triterpenoid dan senyawa lainnya. Semakin banyak penggabungan ini maka senyawa triterpenoid yang dihasilkanpun semakin banyak.

2. Jelaskan dalam penentuan struktur flavonoid, kekhasan signal dan intensitas serapan dengan menggunakan spektrum IR dan NMR. Berikan dengan contoh sekurang-kurangnya dua struktur yang berbeda.
Jawab :
Dalam proses penentuan struktur flavonoid pada isolasi suatu sampel digunakan berbagai macam spektrum untuk memperlihatkan struktur senyawa yang diinginkan. Salah satunya adalah spektrum IR dan NMR. Dengan bantuan spektrum ini senyawa yang akan ditentukan struktur akan dengan mudah terdeteksi.
Contohnya yaitu :
·  Penentuan Flavonoid Total Tempuyung (Sonchus arvensis L.) secara cepat dengan Teknik Spektroskopi Inframerah dan Kemometrik
Kehadiran spektrometer inframerah transformasi Fourier (FTIR) pada dasawarsa terakhir mampu meningkatkan aplikasi radiasi inframerah untuk analisis kuantitatif contoh yang rumit. Penelitian ini menggunakan teknik spektroskopi FTIR dan kemometrik sebagai alternatif metode analisis kandungan flavonoid total tempuyung (Sonchus arvensis L.). Analisis dilakukan secara cepat menggunakan serbuk tempuyung tanpa proses pemisahan terlebih dahulu. Serbuk contoh tempuyung dari tiga tempat tumbuh yang berbeda dianalisis dengan FTIR. Informasi spektrumnya (spektrum asli dan spektrum hasil proses pendahuluan dengan dan tanpa segmentasi) diolah dengan teknik kemometrik analisis komponen utama (principal component analysis, PCA) dan proyeksi struktur laten (partial least square, PLS). PCA digunakan untuk mengelompokkan tempuyung berdasarkan perbedaan tempat tumbuhnya, sedangkan PLS digunakan untuk membangun model prediksi flavonoid total tempuyung.

Spektroskopi FTIR
Radiasi IR berada pada kisaran panjang gelombang 0.78-1000 μm atau bilangan gelombang 12 800-10 cm-1. Spektrumnya terbagi atas radiasi inframerah dekat (12 800- 4000 cm-1), menengah (4000-200 cm-1), dan jauh (200-10 cm-1). Daerah spektrum yang paling banyak digunakan untuk berbagai keperluan praktis seperti analisis dalam bidang industri, bahan pertanian, dan kendali mutu adalah pada 4000-670 cm-1 atau daerah IR tengah (Skoog et al. 1998).
FTIR merupakan gabungan instrumen dispersif konvensional IR dengan komputer dan mikroprosesor. Komponen instrumen FTIR serupa dengan spektrometer UV-tampak, namun sumber, detektor, dan komponen optiknya sedikit berbeda. Pengukuran dengan FTIR melibatkan kombinasi interferensi konstruktif dan destruktif yang senantiasa berubah mengikuti beberapa λ yang datang untuk menghasilkan spektrum (modulasi interferometrik dari radiasi). Analisis dengan FTIR lebih cepat dan lebih sensitif daripada IR dispersif. Penggunaan interferometer Michelson mampu mengatasi kekurangan sistem dispersif dalam penggunaan energi (keuntungan Jaquinot) karena pada sistem dispersif banyak energi yang terbuang akibat penggunaan model deteksi pemindaian. Kehadiran FTIR pada dasawarsa terakhir mampu meningkatkan aplikasi radiasi menengah IR tidak hanya untuk analisis kualitatif organik dan penentuan struktur, tetapi juga untuk analisis kuantitatif contoh yang kompleks.

Analisis Spektrum FTIR
Pola spektrum FTIR sel utuh sampel bio-logis (serbuk contoh) merupakan pola spektrum sidik jari hasil serapan vibrasi dari seluruh konstituen yang ada dalam sel, seperti protein, lipid, karbohidrat, dan beragam metabolit sekunder (Naumann 1998). 
Spektrum IR tempuyung tidak memperlihatkan adanya perbedaan pola serapan yang signifikan dari ketiga contoh. Semua spektrum menunjukkan antara lain keberadaan gugus OH melalui puncak yang cukup lebar pada daerah 3500 cm-1, vibrasi C-H dan vibrasi tarik C-H metoksi pada 2925 cm-1 dan 2853 cm-1 (puncak yang tajam, sempit, dan berdekatan), vibrasi tarik C=O karbonil pada 1600-1760 cm-1, dan ikatan C=C aromatik pada 1500-1600 cm-1. Perbedaan intensitas dan karakteristik serapan konstituen yang sangat halus terutama pada daerah sidik jari tidak dapat teramati, informasi ini hanya dapat diamati oleh teknik kemometrik.
Teknik kemometrik yang digunakan untuk mengenali pola spektrum tanpa pengelompokan terlebih dahulu, seperti teknik PCA, dikenal sebagai teknik pengenalan pola tak terawasi.

·         Beberapa Senyawa Flavon Terprenilasi dari Artocarpus fretessi Hassk Endemik Sulawesi Selatan.
Artocarpus merupakan salah satu genus utama yang termasuk dalam famili Moraceae, yang terdiri dari kurang lebih 60 spesies dan merupakan genus yang menghasilkan beraneka ragam senyawa fenol. Banyak di antara senyawa tersebut mempunyai bioaktivitas yang menarik seperti efek hipotensif dan antitumor.  Artocarpus banyak ditemukan di Indonesia dan digunakan antara lain sebagai bahan pangan, bahan bangunan, dan bahan ramuan obat tradisional, antara lain sebagai obat malaria, disentri, dan penyakit kulit.  Telah ditemukan senyawa mulberin (2) dan mulberokromen (3). Pada kesempatan ini akan dilaporkan pula penemuan selanjutnya artonin A (1), sebagai tambahan senyawa (2) dan (3). Penemuan ketiga senyawa (Gambar 1) tersebut khususnya senyawa (3) akan dilaporkan dalam penelitian ini.

PERCOBAAN
Penentuan titik leleh senyawa – senyawa hasil penelitian ini dilakukan menggunakan alat penetapan titik leleh mikro. Spektrum UV dan IR diukur masingmasing dengan spektrofotometer Varian Cary 100 conc dan ONE Perkin Elmer. Spektrum 1H and 13C NMR diukur menggunakan Bruker AM 500, yang bekerja pada 500 MHz (1H NMR) dan 125 MHz (13C NMR) menggunakan puncak pelarut terdeuterasi sebagai standar. Kromatografi cair vakum (KCV) dilakukan dengan menggunakan Si gel Merck 60 GF254, kromatografi radial dengan menggunakan Si gel Merck 60 GF254 dan analisis kromatografi lapis tipis (KLT) pada pelat berlapis Si gel Merck Kieselgel 60 F254. Sehingga diperoleh data dengan menggunakan spektrum NMR.


3. Dalam isolasi alkaloid, pada tahap awal dibutuhkan kondisi asam atau basa. Jelaskan dasar penggunaan reagen tersebut, dan berikan contohnya sekurang-kurangnya tiga macam alkaloid.
Jawab:
Penggunaan reagen asam/basa pada tahap awal isolasi alkaloid adalah memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen, tingkat kemurnian, keasaman (pH), bobot molekul dan kadar suatu senyawa yang diinginkan. Sedangkan faktor konsentrasi asam/basa memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen, tingkat kemurnian, keasaman (pH), dan bobot molekul isolat yang diinginkan.
Contohnya yaitu:
a.  Difusi Teknologi Ekstraksi Kinin dan Sinkonin dari produk samping Industri Kina dan Sintesis Turunannya.
Kinin dikenal sebagai salah satu obat antimalaria. Meskipun kinin sebagai obat antimalaria telah menunjukkan resistensi, tetapi turunan kinin masih efektif digunakan. Kinin diperoleh dari ekstraksi kulit kina. lndustri kina di Indonesia sudah ada sejak lama, bahkan Indonesia pernah dikenal sebagai pemasok kina terbesar di dunia, tetapi saat ini Indonesia harus mengimpor kulit kina untuk memenuhi kebutuhan industri kina dalam negeri. Sehingga silakukan penelitian terkait permasalah ini.
Pada kegiatan ini target produk yang diinginkan adalah kinin dan sinkonin. Kinin merupakan produk utama yang diinginkan, sedangkan isolasi sinkonin dilakukan karena produk tersebut juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kinin selain digunakan untuk obat antimalaria dan obat kram pada kaki, juga dibutuhkan industri minuman sebagai minuman tonik, pemberi rasa pahit yang khas pada minuman ringan. Sinkonin digunakan di industri farmasi sebagai katalis. Untuk menghasilkan kedua produk tersebut dari bahan baku alkaloid sisa, diperlukan proses ekstraksi yang efektif sehingga dapat menghasilkan kinin dan sinkonin serta turunannya dengan keekonomian yang layak. Pemanfaatan sisa alkaloid ini akan memberikan manfaat, yaitu : memberikan nilai tambah yang tinggi dari bahan baku yang belum termanfaatkan, mengisi permintaan pasar kinin dan sinkinin serta turunannya baik nasional maupun internasional, mengurangi impor kulit kina dan mengatasi permasalahan lingkungan. Kemudian dilakukan deteksi, isolasi dan pemurnian tehadap sampelnya yaitu kulit batang kina.

Metodologi Proses lsolasi Kinin dan Sinkonin
Sebelum dilakukan proses uji coba dalam skala industri, terlebih dahulu dilakukan verifikasi proses dalam skala laboratorium. Hal ini diperlukan karena komposisi bahan baku (alkaloid sisa) mempunyai variasi yang sangat tinggi. Data yang diperoleh digunakan sebagai acuan untuk proses produksi dalam skala yang lebih besar.

Proses lsolasi Kinin
Pada tahap awal alkaloid sisa industri kina 600 kg di tangki R2 ditambah NaOH 10% sebanyak 10L dan toluen teknis sebanyak 2400 L. Kegunaan NaOH 10% dalam penelitian ini adalah untuk menghilangkan alkaloid-alkaloid yang lain yang terdapat dalam sampel, sehingga hanya senyawa kinin dan sinkonin yang dapat diisolasi dari sampel.

b.   Isolasi Lignin dari Lindi Hitam Proses Pemasakan Organosolv Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Oleh HERADEWI
Lignin dapat diisolasi dari serat TKKS dengan metode isolasi secara kimiawi dan enzimatik. Mengingat metoda isolasi lignin secara enzimatik mahal pada biaya produksinya dan proses produksinya memerlukan waktu yang lama, maka metoda isolasi lignin secara kimiawi banyak dilakukan, yaitu dengan cara proses delignifikasi yang dilanjutkan dengan proses pengasaman lindi hitam hasil delignifikasi tersebut untuk mengendapkan lignin.
Tujuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan limbah padat pengolahan kelapa sawit berupa serat TKKS sebagai alternatif sumber lignin, mendapatkan informasi kinerja variasi penambahan katalis basa (NaOH) dalam larutan pemasak pada proses delignifikasi organosolv (alcell) dan variasi konsentrasi asam sulfat yang digunakan pada proses pengasaman lindi hitam untuk mengendapkan lignin, dalam rangka mendapatkan rendemen lignin terbesar dengan tingkat kemurnian lignin terbaik, serta untuk mengetahui karakteristik isolat lignin yang dihasilkan dari serat TKKS.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pengadaan serat dari TKKS, pembuatan serpih TKKS bebas zat ekstraktif, delignifikasi organosolv (alcell) serpih TKKS, proses pengasaman lindi hitam hasil proses delignifikasi organosolv dan karakterisasi isolat lignin dari serat TKKS. Hasil analisa awal komposisi kimia serpih TKKS yang digunakan pada penelitian ini memiliki kadar air 8,2%, kadar lignin 22,12%, kadar sari/ekstraktif 7,25%, kadar α-selulosa 62,46%, kadar abu 7,12%, kelarutan dalam 1% NaOH 37,91%, kelarutan dalam air panas 18,58% dan kelarutan dalam air dingin 24,05%.
Serpih TKKS kemudian didelignifikasi organosolv (alcell) dengan variasi penambahan katalis basa (NaOH) pada larutan pemasak etanol:air (1:1) dengan konsentrasi 0; 5; 10 dan 15% dari berat kering serpih, dan menghasilkan lindi hitam berwarna coklat kehitaman dengan pH lindi berkisar antara 4,45 - 10,7 serta kadar padatan total berkisar antara 2,65 - 5,76%. Pulp TKKS yang dihasilkan didelignifikasi kembali menggunakan larutan NaOH 10% sehingga menghasilkan lindi hitam dengan pH lindi berkisar antara 13,53 - 13,63 dan kadar padatan total berkisar antara 2,11 - 13,23%. Lindi hitam yang dihasilkan kemudian diendapkan ligninnya dengan cara proses pengasaman menggunakan asam sulfat pada konsentrasi 5; 20 dan 35 % sehingga diperoleh isolat lignin TKKS.
Berdasarkan hasil analisa ragam (ANOVA) pada 􀄮=0,05 yang kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan, diketahui bahwa faktor penambahan katalis basa (NaOH) pada larutan pemasak delignifikasi organosolv memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen, tingkat kemurnian, keasaman (pH), bobot molekul dan kadar metoksil isolat lignin. Sedangkan faktor konsentrasi asam sulfat memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen, tingkat kemurnian, keasaman (pH), dan bobot molekul isolat lignin. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan katalis basa (NaOH) pada larutan pemasak delignifikasi organosolv dan bertambahnya konsentrasi asam sulfat pada proses pengasaman lindi hitam dapat meningkatkan rendemen dan tingkat kemurnian isolat lignin. Namun, penambahan katalis basa (NaOH) lebih dari 10% dan penggunaan konsentrasi asam sulfat lebih dari 20% menyebabkan rendemen dan tingkat kemurnian isolat lignin semakin kecil karena adanya degradasi komponen non lignin dan reaksi kondensasi yang berlebihan.

c.   Isolasi, Identifikasi dan Pemurnian Piperin dari Biji Lada Putih (Piperis Albi Fructus) dari Tanaman Piper nigrum L.
Lada, sudah dikenal sebagai penyedap makanan,mengatasi baud an rasa makanan yang beraroma tak sedap, serta pengawet daging (Septiatin, 2008). Ada dua macam lada yang menjadi komoditi perdagangan yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih hijau, mengupasnya, difermentasi untuk menambah rasa lada, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, dan rasanya lebih pedas. Sedangkan lada putih diperoleh dengan memetik biji masak merah,diremas perlahan-lahan dan direndam dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan di sinar matahari (Septiatin, 2008). Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran darah (Septiatin, 2008).
Piperis nigri sangatlah mudah ditemukan di seluruh daerah di Indonesia dengan harga yang relatif murah. Pada umumnya kandungan piperin dalam Piperis nigri sebanyak 1,7- 7,4%.

Isolasi
Karakter dasar berbagai alkaloid digunakan untuk mengisolasinya. Alkaloid diambil ke dalam larutan asam berair (umumnya asam hidroklorida, sitrat, atau tartarat) dan komponen netral atau bersifat asam dari campuran asal dipisahkan dengan ekstraksi pelarut. Setelah larutan berair dibasakan, maka alkaloid diperoleh dengan ekstraksi ke dalam pelarut yang sesuai(Sastrohamodjojo, 1996).
Ekstraksi
Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak mengandung lemak, lilin yang sangat non polar. Karena senyawa tersebut sering menimbulkan persoalan terbentuk emulsi, maka senyawa-senyawa tersebut dipisahkan dari bahan tanaman sebagai langkah awal dengan cara perkolasi dari bahan tanaman dengan proteleum eter (Sastrohamodjojo, 1996).
           Kebanyakan alkaloid tidak larut dalam proteleum eter. Namun demikian ekstrak harus di cek untuk mengetahui adanya alkaloid dengan menggunakan salah satu pereaksi pengendap alkaloid seperti disebutkan diatas. Bila sejumlah alkaloid larut dalam proteleum eter, maka bahan tanaman pada awal ditambah dengan asam berair untuk mengikat alkaloid sebagai garamnya (Sastrohamidjojo, 1996).

4. Jelaskan keterkaitan diantara biosintesis, metode isolasi dan penentuan struktur senyawa bahan alam . Berikan contohnya.
Jawab :
Pelajaran tentang bahan alam diawali dengan isolasi, identifikasi, dan klasifikasi senyawa yang terdapat didalamnya dan hubungannya dengan materi hidup. Pekerjaan jenis ini  mempunyai hubungan dengan tumbuhan atau memeriksa fisiologi dari peninggalan yang penting, tetapi banyak ahli kimia organik  bekerja dalam bidang kimia bahan alam sekarang sedang perhatian pada reaksi-reaksi kimia yang terdapat dalam sel hidup dan batasan antara kimia organik, kimia biologi, dan biokimia yang perkembangannya masih samar-samar.
Perkembangan penting dalam tahun ini adalah telah di pelajari biosintesis, suatu jalan dimana organisme membentuk molekul kompleks dari molekul yang sederhana.jalur utama yang dimiliki sekarang sebagian besar telah diidentifikasi dan lagi-lagi yang sangat menyolok untuk menemukan rangkaian dasar yang umum dalam materi hidup. Perkembangan ini membolehkan kita untuk mengambil perhatian baru pada klasifikasi senyawa yang dibuat pada masa lalu. Awalnya, senyawa dapat diklasifikasikan bersama karena struktur kimia dari mereka hamper sama (seperti, karbohidrat, steroid,dll), atau karena aktivitas fisiologi yang sama (seperti, vitamin, antibody, dll) atau karena mereka diturunkan dari sumber yang sama (seperti, membentuk metabolisme) sekarang kita dapat menggantikan pengelompokan tersebut dengan suatu klasifikasi atas dasar biosintesis, pengelompokan senyawa secara bersama sesuai dengan jalan yang mana mereka diturunkan.

Contohnya yaitu :
Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Fraksi Etil Asetat dari Daun Tumbuhan Sirih Merah
Isolasi senyawa flavonoid  dari daun sirih merah pada fraksi etil asetat adalah untuk mengetahui golongan senyawa flavonoid apakah yang terdapat pada daun tumbuhan sirih merah. Ekstraksi senyawa flavonoid yang terdapat dalam tumbuhan sampel daun sirih merah dimaserasi dengan menggunakan pelarut metanol. Maserasi dilakukan berulang kali sampai diperoleh larutan yang bening yang menandakan hasil yang negatif terhadap flavonoid, lalu hasil maserasi dipekatkan dengan rotary evaporator. Kemudian dilakukan proses fraksinasi terhadap ekstrak metanol.
Dari hasil uji fitokimia yang dilakukan, dapat diketahui pada fraksi etil aetat mengandung senyawa flavonoid. Kemudian fraksi etil asetat diuji KLT untuk mencari komposisi eluen yang baik dengan cara melihar hasil pemisahan noda yang ada. Lalu dilanjutkan dengan kromatografi kolom.
Setelah dilakukan proses ekstraksi dan pemisahan maka selanjutnya diidentifikasi senyawa flavonoid dengan menggunakan Spektroskopi UV-Vis dan IR. Sehingga didapatkan strukturnya yaitu :
No.
Gugus
Keterangan
1
2

3
4
5
6
Ulur C-H (Sp2)
Ulur C-H (alifatik)

Ulur C=O (gugus karbonil)
Ulur C=C (aromatik)
Ulur C-O
Ulur C-O-C
Serapan pada spektrum 3070,68 cm-1
Serapan pada spektrum 2924,09 cm-1 dan 2854,65 cm-1
Serapan pada spektrum 1728,22 cm-1
Serapan pada spektrum 1604,77 cm-1
Serapan pada spektrum 1265,30 cm-1
Serapan pada spektrum 1118,71 cm-1

Rabu, 05 Desember 2012

Menurunkan Kolestrol


Salah satu hal yang bisa menjadi instrumen untuk mengendalikan kadar kolesterol dalam darah ialah dengan banyak mengonsumsi anti-oksidan yang banyak terdapat dalam buah-buahan, salah satunya ialah buah Manggis.


Dari berbagai penelitian yang dilakukan, ternyata buah Manggis mengandung zat anti-oksidan yang tinggi dibandingkan buah atau sumber makanan yang lainnya. Salah satunya penelitian yang telah dilakukan oleh Dr Indah Yuliasih dari Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menyebutkan bahwa kulit buah Manggis berkhasiat untuk anti-kanker, menghambat proses penuaan, melancarkan peredaran darah dan menurunkan kadar kolesterol. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh seorang peneliti bernama Dachriyanus dari Jurusan Farmasi Universitas Andalas, Padang, menunjukkan bahwa ekstrak kulit Manggis mampu menurunkan kadar kolesterol.

Yang menjadi pertanyaan saya adalah mengapa ekstrak kulit manggis mampu menurunkan kadar kolesterol? Apakah hubungan senyawa yang dikandung dalam kulit manggis dengan kolesterol?